Selasa, 10 Juli 2012

Seminar Bangga Jadi Guru Dompet Dhuafa

TASIK-Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Menteri Kordinasi Pendidikan dan Keagamaan BEM REMA UPI Kampus Tasikmalaya mengadakan seminar Bangga Jadi Guru yang menjadi salah satu rangkaian roadshow Open Recruitmen Sekolah Guru Indonesia IV “Awaken The Teacher Within” tiga kota, yakni Tasikmalaya, Semarang, dan Makasar di Aula UPI Kampus Tasikmalaya, Selasa (10/7).
Tasikmalaya menjadi kota pertama dari rangkaian roadshow tiga kota ini. Roadshow yang berlangsung pada tanggal 10-25 Juli 2012 ini menghadirkan tiga pemateri, yaitu Hendro (Dompet Dhuafa), Asep Sapa’at (Peneliti, Penulis), dan Dindin Abdul Muiz Lidinillah, S. E., S. Si., M. Pd. (Dosen UPI Kampus Tasikmalaya). 
“Ini merupakan acara seminar Bangga Jadi Guru dari dompet dhuafa yang diadakan bagi calon guru, alumni UPI Kampus Tasikmalaya, atau disiplin ilmu manapun yang berkompeten dengan tujuan untuk mengubah paradigma bahwa guru itu adalah kehidupan, niat untuk mengajarkan, dan memberi ilmu, serta rekruitmen bagi yang mau mengabdikan dirinya untuk menjadi guru di daerah terpencil yang hanya memiliki fasilitas minim”, kata Ketua Penyelenggara, Risa Wismaliya.
Presiden BEM REMA UPI Kampus Tasikmalaya, Muhammad Rijal Wahid Muharram mengatakan bahwa “Acara ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan terutama dalam bidang pendidikan dalam hal ini di kampus kita ini seminar-seminar bisa dikatakan masih kurang. Dengan adanya seminar  yang bekerjasama dengan dompet dhuafa dan lembaga ini, UPI dengan BEM REMA nya ingin menunjukkan eksistensi kepada yang lain. Dan ini menjadi sebuah awal batu loncatan, menjadi fasilitas untuk kita bahwa UPI itu ada”, ujarnya.
Dalam seminar ini, beberapa pendapat dari setiap pemateri menyampaikan argumennya mengenai fungsi dan peran guru. Guru bukan hanya sebuah status melainkan peran dimana pun berada, baik sebagai dokter, polisi, ataupun pengusaha, ujar salah seorang dosen UPI Kampus Tasikmalaya, Dindin Abdul Muiz Lidinillah, S. E., S. Si., M. Pd.. Guru adalah kehidupan, maka bekerjalah untuk kehidupan, bukan untuk penghidupan. Makna inilah yang paling pas dan mendominasi dari semua pendapat yang disampaikan oleh tiap pemateri tak terkecuali juga moderator, yakni Leli Salimatul Hafsah, S. Pd..

Seminar Bangga Jadi Guru mengubah paradigma para peserta mengenai fungsi dan peran guru. Guru yang hanya sebagai sebuah status, sertifikasi, kemudian mendapatkan penghasilan bagi sebagian orang merupakan paradigma yang kurang tepat. Asep Sapa’at menjelaskan bahwa guru bukan hanya sebuah status, melainkan apa yang bisa diberikan kepada orang lain, dan apa yang bisa diberikan pada kehidupan. Giving your best gifts by teaching others, mendapatkan kehidupan terbaik Anda dengan memberikan terbaik dari Anda, tambahnya. 
Selain kegiatan seminar pada acara tersebut diadakan forum diskusi bagi peserta yang mengisi formulir dan mendaftarkan diri pada program Sekolah Guru Indonesia. Pada waktu itu pula diadakan seleksi yang meliputi interview, bagi yang berhasil lolos menjadi pengajar atau pendamping sekolah akan ditempatkan di sekolah-sekolah terpencil dan terpelosok dan mengabdikan dirinya selama kurang lebih satu tahun.
Acara ini diakhiri dengan sebuah kesan dan pesan dari salah seorang peserta sekaligus moderator seminar tersebut, “Kesan yang saya rasakan setelah mengikuti seminar ini yaitu saya benar-benar merasakan bangga menjadi seorang guru. Dan pesannya bagi adik-adik, teman-teman, ataupun bagi diri saya sendiri bahwa menjadi guru dan mengajar menjadi sebuah keharusan dan itu pilihan apakah kita akan berbangga dengan status kita yang menjadi guru hanya mengajar dan duduk-duduk atau benar-benar mengabdikan diri kita dengan apa yang kita miliki meskipun itu sedikit. Jadi berbanggalah menjadi seorang guru, menjadi seorang pendidik. Dan hidup itu pilihan. Maka jangan sia-siakan hidup Anda,” ujarnya.***

Ai Nuraeni
Rekam UPI Kampus Tasikmalaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar