|
TASIK-Dompet
Dhuafa bekerjasama dengan Menteri Kordinasi Pendidikan dan Keagamaan BEM REMA
UPI Kampus Tasikmalaya mengadakan seminar Bangga Jadi Guru yang menjadi salah
satu rangkaian roadshow Open Recruitmen Sekolah Guru Indonesia IV “Awaken The
Teacher Within” tiga kota, yakni Tasikmalaya, Semarang, dan Makasar di Aula UPI
Kampus Tasikmalaya, Selasa (10/7).
Tasikmalaya menjadi kota pertama dari rangkaian
roadshow tiga kota ini. Roadshow yang berlangsung pada tanggal 10-25 Juli 2012
ini menghadirkan tiga pemateri, yaitu Hendro (Dompet Dhuafa), Asep Sapa’at
(Peneliti, Penulis), dan Dindin Abdul Muiz Lidinillah, S. E., S. Si., M. Pd.
(Dosen UPI Kampus Tasikmalaya).
“Ini merupakan acara seminar Bangga Jadi Guru dari
dompet dhuafa yang diadakan bagi calon guru, alumni UPI Kampus Tasikmalaya,
atau disiplin ilmu manapun yang berkompeten dengan tujuan untuk mengubah
paradigma bahwa guru itu adalah kehidupan, niat untuk mengajarkan, dan memberi
ilmu, serta rekruitmen bagi yang mau mengabdikan dirinya untuk menjadi guru di
daerah terpencil yang hanya memiliki fasilitas minim”, kata Ketua
Penyelenggara, Risa Wismaliya.
Presiden BEM REMA UPI Kampus Tasikmalaya, Muhammad
Rijal Wahid Muharram mengatakan bahwa “Acara ini merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan terutama dalam bidang pendidikan dalam hal ini di kampus
kita ini seminar-seminar bisa dikatakan masih kurang. Dengan adanya seminar yang bekerjasama dengan dompet dhuafa dan lembaga
ini, UPI dengan BEM REMA nya ingin menunjukkan eksistensi kepada yang lain. Dan
ini menjadi sebuah awal batu loncatan, menjadi fasilitas untuk kita bahwa UPI
itu ada”, ujarnya.
Dalam
seminar ini, beberapa pendapat dari setiap pemateri menyampaikan argumennya
mengenai fungsi dan peran guru. Guru bukan hanya sebuah status melainkan peran
dimana pun berada, baik sebagai dokter, polisi, ataupun pengusaha, ujar salah
seorang dosen UPI Kampus Tasikmalaya, Dindin Abdul Muiz Lidinillah, S. E., S.
Si., M. Pd.. Guru adalah kehidupan, maka bekerjalah untuk kehidupan, bukan
untuk penghidupan. Makna inilah yang paling pas dan mendominasi dari semua
pendapat yang disampaikan oleh tiap pemateri tak terkecuali juga moderator,
yakni Leli Salimatul Hafsah, S. Pd.. |
Seminar
Bangga Jadi Guru mengubah paradigma para peserta mengenai fungsi dan peran
guru. Guru yang hanya sebagai sebuah status, sertifikasi, kemudian mendapatkan
penghasilan bagi sebagian orang merupakan paradigma yang kurang tepat. Asep
Sapa’at menjelaskan bahwa guru bukan hanya sebuah status, melainkan apa yang
bisa diberikan kepada orang lain, dan apa yang bisa diberikan pada kehidupan. Giving your best gifts by teaching others,
mendapatkan kehidupan terbaik Anda dengan memberikan terbaik dari Anda,
tambahnya.
Selain
kegiatan seminar pada acara tersebut diadakan forum diskusi bagi peserta yang mengisi
formulir dan mendaftarkan diri pada program Sekolah Guru Indonesia. Pada waktu
itu pula diadakan seleksi yang meliputi interview, bagi yang berhasil lolos
menjadi pengajar atau pendamping sekolah akan ditempatkan di sekolah-sekolah terpencil
dan terpelosok dan mengabdikan dirinya selama kurang lebih satu tahun.
Acara
ini diakhiri dengan sebuah kesan dan pesan dari salah seorang peserta sekaligus
moderator seminar tersebut, “Kesan yang saya rasakan setelah mengikuti seminar ini
yaitu saya benar-benar merasakan bangga menjadi seorang guru. Dan pesannya bagi
adik-adik, teman-teman, ataupun bagi diri saya sendiri bahwa menjadi guru dan
mengajar menjadi sebuah keharusan dan itu pilihan apakah kita akan berbangga
dengan status kita yang menjadi guru hanya mengajar dan duduk-duduk atau
benar-benar mengabdikan diri kita dengan apa yang kita miliki meskipun itu sedikit.
Jadi berbanggalah menjadi seorang guru, menjadi seorang pendidik. Dan hidup itu
pilihan. Maka jangan sia-siakan hidup Anda,” ujarnya.***
Ai Nuraeni
Rekam
UPI Kampus Tasikmalaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar