PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
CATATAN
ANAK SALEH SEBAGAI IMPLEMENTASI
CHARACTER BUILDING DI SEKOLAH DASAR
BIDANG
KEGIATAN:
PKM-GT
Diusulkan oleh:
Ai Nuraeni 1004122 (2010)
Tendi Darisman 1004110 (2010)
Tiara Penta Yurlita 1004119 (2010)
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA
TASIKMALAYA
2012
LEMBAR
PENGESAHAN USULAN PKM-GT
1.
Judul
Kegiatan :
Catatan Anak Saleh sebagai
Implementasi Character Building di Sekolah Dasar
2.
Bidang
Kegiatan :
( ) PKM-AI (√) PKM-GT
3.
Ketua
Pelaksanaan Kegiatan
a.
Nama
Lengkap : Ai Nuraeni
b.
NIM : 1004122
c.
Jurusan : S1Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD)
d.
Universitas : Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Tasikmalaya
e.
Alamat
Rumah dan No Tel./HP : Jalan
Rumah Sakit Umum Gg
Karyarasa no 36 Tasikmalaya 46115
083826060204
4.
Anggota
Pelaksanaan Kegiatan : 2
orang
5.
Dosen
Pendamping
a.
Nama
lengkap dan Gelar :
DR. Hj. Epon Nur’aeni, M. Pd.
b.
NIP :
195710131983032001
c.
Alamat
Rumah dan No Tel./HP : Kp.
Cibodas Subanagara Sukajaya
Purbaratu Kecamatan
Purbaratu/08122056537
Tasikmalaya,
2 Maret 2012
Menyetujui,
Ketua Program Studi S1
PGSD
UPI Kampus Tasikmalaya
( Drs. Rustono W S,
M.Pd )
NIP. 195206281981031001
|
Ketua Pelaksana
Kegiatan
( Ai Nuraeni )
NIM. 1004122
|
Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan
dan Kemitraan
Universitas Pendidikan
Indonesia,
(Prof.DR.H.Dadang
Sunendar, M.Hum)
NIP. 196310241988031003
|
Dosen Pendamping
(DR. Hj. Epon Nur’aeni,
M. Pd.)
NIP. 195710131983032001 |
CATATAN ANAK SALEH SEBAGAI IMPLEMENTASI CHARACTER BUILDING DI
SEKOLAH DASAR
Ai Nuraeni, Tendi Darisman, Tiara Penta Yurlita
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
RINGKASAN
Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Di Indonesia meskipun Pendidikan karakter sudah digembor-gembor untuk
diterapkan, tetapi pada kenyataanya masih menggunakan pendidikan konvensional
yang berorientasi pada nilai sebagai tolak ukur keberhasilan.
Tidak berjalanya
pendidikan karakter ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti Pendidikan
karakter yang belum berjalan sama sekali atau berjalan dengan sepihak, seperti sekolah
yang belum menerapkan pendidikan karakter, lingkungan yang tidak mendukung
dalam pembangunan pribadi yang berkarakter baik, atau orang tua yang masih
menerapkan pendidikan konvensional di
rumah, yang mana orang tua lebih bangga ketika anaknya mendapat nilai baik dan
peringkat satu dan ketika anak mendapat nilai buruk, anak dimarahi dan yang
lebih parah lagi anak dibandingkan dengan anak yang mendapat nilai baik,
tentunya ini akan membuat karakter anak menjadi buruk. Oleh karena itu, diperlukan
suatu cara untuk mengimplementasikan pendidikan karakter ini, yaitu dengan
membuat “Catatan Anak Saleh” sebagai implementasi pembangunan karakter. Dalam
pelaksanaan catatan anak ini, melibatkan berbagai pihak seperti
sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan anaknya itu sendiri. Dengan adanya
catatan anak ini diharapkan menjadi sebuah upaya untuk membangun karakter yang
saleh berdasarkan 18
nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012). Maka, dengan
adanya gagasan baru diatas diharapkan dapat berjalanya pendidikan karakter di
semua lingkungan baik sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Latar
Belakang
Pada saat ini,
pendidikan di Indonesia sedang menggembor-gemborkan pendidikan karakter. Namun, pada
kenyataannya sampai saat ini masih menggunakan pendidikan konvensional yang
berorientasi pada nilai sementara pendidikan moral masih sangat kurang. Celakanya pendidikan
konvensional tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tapi juga di lingkungan
keluarga yang seharusnya menjadi pondasi dasar pribadi anak. Orang tua masih
menerapkan pendidikan konvensional di lingkungan keluarga yang mana orang tua
lebih bangga ketika anaknya mendapatkan nilai bagus atau peringkat satu dikelasnya.
Akan tetapi,
ketika anaknya mendapatkan nilai yang jelek, orang tua memarahi anaknya bahkan
yang lebih parah lagi mereka membandingkan anak yang mendapatkan nilai baik di
keluarganya atau membandingkan dengan anak sepermainan anaknya yang mendapatkan
nilai baik. Tentu saja ini akan membuat mental anak terpuruk sehingga anak
berpikir untuk melakukan tindakan yang tidak semestinya hanya demi mendapatkan
nilai baik, seperti mencontek. Hal inilah yang akan membuat karakter anak
menjadi pribadi yang buruk di masa yang akan datang. Munculnya para koruptor
merupakan salah satu contoh dampak dari mereka yang mendapatkan pendidikan
seperti ini.
Tidak adanya
kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua juga merupakan salah satu
faktor besar yang membuat pendidikan karakter tidak berjalan dengan baik.
Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah berbeda atau tidak sejalan
dengan pendidikan karakter yang diterapkan di lingkungan keluarga. Padahal,
pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dirancang secara
sengaja untuk mengembangkan dan mengubah cara berpikir dan bertindak.
Sebagaimana pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter dilakukan di sekolah
dan di luar sekolah untuk kelompok laki-laki dan perempuan (Thomas, 1986: 349;
Ryan, 1985).
Oleh karena itu,
diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter di Sekolah Dasar (SD), yaitu dengan
menerapkan “Catatan Anak Saleh” yang melibatkan murid, orang tua, dan guru
dalam membantu anak membangun diri menjadi karakter yang baik.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Hasil akhir tulisan ini yaitu untuk mengimplementasikan pembangunan
karakter di Sekolah Dasar dengan penerapan catatan perilaku anak sebagai wujud
nyata dalam membangun jati diri bangsa yang berkarakter dan religious serta catatan anak ini diharapkan menjadi sebuah upaya untuk membangun karakter
yang saleh berdasarkan 18
nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012).
Manfaat
Dengan terlaksananya pendidikan karakter di Indonesia dengan baik, maka akan menciptakan generasi yang berkarakter dan religious yang berguna bagi bangsa dalam membangun jati diri serta berguna nantinya di masa yang akan datang. Selain daripada itu, menciptakan masyarakat yang berbudi pekerti luhur, menjungjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat menjadi manfaat dari penerapan “Catatan Anak Saleh” sebagai character building di Sekolah Dasar. Adapun manfaat bagi guru, yaitu membantu guru dalam mengajar anak didik. Karena dengan diadakannya “Catatan Anak Saleh” ini guru dapat mengetahui karakteristik setiap anak, serta dapat memonitoring perilaku anak sehari-hari.
“Catatan Anak Saleh” merupakan solusi untuk menumbuhkan karakteristik yang baik bagi anak, agar menjadi suatu kebiasaan yang harus dimiliki siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan terlaksananya pendidikan karakter di Indonesia dengan baik, maka akan menciptakan generasi yang berkarakter dan religious yang berguna bagi bangsa dalam membangun jati diri serta berguna nantinya di masa yang akan datang. Selain daripada itu, menciptakan masyarakat yang berbudi pekerti luhur, menjungjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat menjadi manfaat dari penerapan “Catatan Anak Saleh” sebagai character building di Sekolah Dasar. Adapun manfaat bagi guru, yaitu membantu guru dalam mengajar anak didik. Karena dengan diadakannya “Catatan Anak Saleh” ini guru dapat mengetahui karakteristik setiap anak, serta dapat memonitoring perilaku anak sehari-hari.
“Catatan Anak Saleh” merupakan solusi untuk menumbuhkan karakteristik yang baik bagi anak, agar menjadi suatu kebiasaan yang harus dimiliki siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
GAGASAN
Karakter Bangsa
Indonesia
Kualitas sumber
daya manusia Indonesia tidak terlepas dari kualitas pendidikan nasional.
Pendidikan yang tidak hanya berpusat pada perkembangan kognitif saja, melainkan
perkembangan afektif (sikap), serta perkembangan psikomotor (keterampilan). Hal
ini tergambar dalam tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat (1) yang menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Aspek pendidikan
adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter bangsa. Dengan mengukur
kualitas pendidikan, maka kita dapat melihat potret bangsa yang sebenarnya.
Karakter setiap individu suatu bangsa mencerminkan karakter bangsanya itu
sendiri. Karakter merupakan perwujudan dari sikap atau watak atau perilaku
seseorang yang membedakannya dengan yang lain.
Indonesia masih berada pada
tingkatan pendidikan yang rendah. Hal itu disebabkan karena karakter setiap
individu yang rendah, tingkat korupsi yang tinggi, dan semakin banyaknya
kenakalan anak dibawah umur. Berdasarkan Kompas,
18 Februari 2012 kasus kejahatan yang melibatkan anak di bawah umur semakin
memprihatinkan. Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Depok, Jawa Barat, menusuk
temannya sendiri hingga terluka parah. Perilaku amoral tersebut mencerminkan
kurangnya pendidikan karakter yang diterapkan khusunya di sekolah dasar.
Pendidikan yang dikembangkan di sekolah hanya sebatas pendidikan yang
menitikberatkan pada perkembangan kognitif dan pendidikan konvensional yang
melihat nilai sebagai acuan dasar dari keberhasilan pembelajaran. Sedangkan
karakter yang seharusnya dijadikan landasan seperti halnya pancasila sebagai
landasan dasar negara kurang diterapkan dan dikembangkan.
Implementasi Pendidikan Karakter di
Indonesia
Di
Indonesia proyek pendidikan karakter dilontarkan oleh Kementerian Pendidikan di
tahun 2010 sebagai respon dengan maraknya kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Dengan demikian, karakter dapat didefinisikan yaitu suatu sifat atau watak
serta akhlak yang melekat pada diri seseorang.
Adapun solusi
yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya
penanaman kebiasaan nilai-nilai Pendidikan Karakter yaitu melalui “Penguatan (reinforcement)”. Menurut Teori Operant
Conditioning Skinner, proses penguatan sebuah perilaku dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali dan juga dapat menghilang secara
sendirinya. Artinya jika proses penguatan itu tidak dilakukan secara terus
menerus maka akan hilang secara sendirinya, apalagi jika siswa sudah bertemu
dengan lingkungan yang baru yang cenderung memberi penguatan negatif maka
nilai-nilai pendidikan karakter itu pun akan terdegradasi, itu artinya siswa
masih bergantung pada penguatan.
Selain solusi yang ditawarkan
dalam bidang pendidikan, pembinaan moral serta pembangunan karakter juga
dilakukan di masyarakat, baik melalui pemantapan kehidupan beragama, pengajian,
penghapusan tempat maksiat, seperti perjudian dan tempat pelacuran secara
terus-menerus dilakukan oleh pemerintah.
Catatan Anak Saleh sebagai Perbaikan
Karakter Bangsa Indonesia
Ardhana (1985)
menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan suatu negara yang menaruh perhatian
besar pada masalah pendidikan moral. Kurikulum sekolah mulai dari tingkat yang
paling rendah hingga paling tinggi, mengalokasikan waktu yang cukup banyak bagi
bidang studi yang potensial untuk pembinaan moral, antara lain Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Namun,
tampaknya segala usaha dan upaya yang dilakukan masih juga belum mampu
mengatasi tindak amoral yang menjadi permasalahan sehingga tidak terbentuknya
karakter bangsa.
Lebih lanjut
Ardhana (1985) mengemukakan bahwa dengan usaha gencar yang dilakukan untuk
menanggulangi kebobokran moral, masyarakat Indonesia dihadapkan suatu kenyataan
masih banyaknya tindakan amoral yang terjadi di masyarakat. Tindakan dan perilaku
amoral seperti pemerkosaan, korupsi, dan sejenisnya setiap hari dilaporkan oleh
berbagai media massa. Sejalan dengan itu, Magnis Suseno (1994) menyatakan bahwa
korupsi moral kini telah melanda segala sudut kehidupan birokrasi dan
masyarakat, karena itu kita harus mampu menanggulanginya. Salah satu upaya
untuk menanggulanginya yaitu dengan mengimplementasikan character building di Sekolah Dasar dengan menciptakan suatu
“Catatan Anak Saleh”.
“Catatan Anak Saleh”
ini dijadikan sebagai alat pendidik yang mampu membiasakan anak berperilaku
positif. Kebiasaan yang bermula dari suatu keterpaksaan dan ketakutan akan
suatu sanksi atau hukuman dinilai lebih baik daripada tidak adanya paksaan dan
ketakutan untuk bertindak amoral. Setelah kebiasaan anak terbentuk, anak akan
terus berperilaku positif hingga terbentuknya kematangan pribadi anak. Dengan
begitu, Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter sesuai dengan penerapan 18
nilai-nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012).
|
Pihak kedua yang
dapat membantu mengimplementasikan gagasan yaitu sekolah. Pihak sekolah yang
berperan sebagai pelaksana tentunya mempunyai peran yang sangat penting untuk
ketercapaiannya gagasan. Setelah adanya perintah dari pemerintah dalam
pelaksanaan serta penerapan “Catatan Anak Saleh” di setiap sekolah dasar
seluruh Indonesia, pihak sekolah harus menerapkan “Catatan Anak Sholeh” ini
kepada setiap siswa khususnya kelas tinggi.
Pihak ketiga
adalah keluarga, semua anggota keluarga harus memberikan dukungan yang
responsif terhadap pelaksanaan gagasan ini. Keluarga juga yang menjadi kontrol
anak di masyarakat dalam penguatan
pembiasaan sikap yang ditanamkan melalui
“Catatan Anak Saleh”. Sesuai dengan teori psikoanalitik yang bersumber dari
ajaran Freud, yaitu memandang hakikat manusia sebagai makhluk yang dikendalikan
oleh hati nurani dan sulit dikontrol. Agen-agen masyarakat, khususnya orang tua
harus turut campur tangan dalam menentukan dan membentuk perilaku anak untuk
kebaikan individu dan masyarakatnya.
Selanjutnya,
pihak keempat yaitu masyarakat. Masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan pribadi anak. Seperti halnya solusi yang pernah ditawarkan
pemerintah sebagai implementasi
pendidikan karakter yaitu dengan adanya penguatan (reinforcement). Dalam gagasan ini, penguatan (reinforcement) tidak hanya dilakukan di sekolah melainkan juga di
masyarakat. Sehingga, hasil dari penerapan “Catatan Anak Sqleh” ini melekat
kuat pada diri anak.
Langkah strategis yang pertama
harus dilakukan adalah pemerintah memberikan aturan kepada sekolah-sekolah untuk
menerapkan “Catatan Anak Saleh” ini sebagai suatu yang harus dilakukan. Apabila
ini tidak dapat terjadi, maka sekolah berinisiatif membuat aturan bahwa
“Catatan Anak Saleh” ini harus dilaksanakan dengan bantuan guru-guru yang
bersangkutan, Apabila ini tidak berjalan juga guru berinisiatif untuk bertindak
langsung menerapkan serta melaksanakan “Catatan Anak Saleh ”.
KESIMPULAN
Paradigma jika
anak mendapatkan nilai baik sebagai tolak ukur
keberhasilan yang sekarang ini terjadi, merupakan paradigma yang salah
dan bukan hasil yang mutlak serta sangat keliru, karena tidak memperhatikan
sikap yang harus di tanamkan anak. Sehingga nilai yang di dapatkan oleh anak
tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan sikap yang di cerminkannya
sehari-hari. Untuk menyeimbangkan ini semua,, maka diperlukan suatu cacatan harian bagi anak yang harus diisi
setiap hari sebagai kontrol sikap.
Pembentukan
karakter dimulai sejak dini yaitu saat Sekolah Dasar dengan cara membiasakan
berperilaku baik, untuk membiasakannya diperlukan “Catatan Anak Saleh”. Di
dalam catatan itu ada tuntutan kebiasaan
sikap yang baik yang harus dilakukannya setiap hari oleh anak.
|
“Catatan Anak Saleh”
ini menggambarkan sikap-sikap anak dalam kesehariannya dalam berbuat. Selain
itu, anak menuliskan kesan atau keluhan atau curhatan anak pada setiap harinya.
Sehingga apa yang dirasakan dan dilaksanakan anak setiap hari akan terkontrol
oleh guru dan orang tua. Dengan catatan harian ini, orang tua dan guru akan
saling berkuminikasi, tidak hanya saat anak sedang ada masalah atau pada saat
pembagian rapot melainkan saat memonitoring hasil pencatatan di “Catatan Anak Saleh”.
“Catatan Anak Saleh” merupakan salah
satu alat pendidik yang tepat untuk mengembangkan karakter yang baik dari
keterpaksaan dan berlanjut pada kebiasaan yang rutin dilakukan dengan
sendirinya. Catatan anak ini diterapkan untuk anak di kelas tinggi karena untuk
anak kelas rendah masih pada tingkat
perkembangan moral prakonvensional. Menurut Kohlberg (1977) berdasarkan kepada asumsi-asumsi
umum tentang teori perkembangan kognitif dari Dewey dan Piaget. Seperti
dijelaskan oleh Elias (1989), Kohlberg mendefinisikan kembali dan mengembangkan
teorinya menjadi lebih rinci. Tingkat-tingkat perkembangan moral menurut
Kohlberg dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang
menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan
kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian universal. Salah satu tahap
perkembangan moral, yaitu prakonvensional. Pada tingkatan ini, anak merespon
aturan tradisi, label baik-buruk; benar-salah, dengan menginterpretasi label
dalam pemahaman hedonistik dan konsekuensi dari tindakan. Tingkatan ini juga
menunjukkan bahwa individu menghadapi masalah moral dari segi kepentingan diri
sendiri. Seseorang tidak menghiraukan apa yang dirumuskan masyarakat, akan
tetapi mementingkan konsekuensi konsekuensi dari perbuatannya ( hukuman,
pujian, penghargaan ). Anak cenderung menghindari perbuatan yang menimbulkan
resiko. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap 1: Orientasi pada hukuman
dan kepatuhan. Jadi, alasan anak pada tahap ini bersifat phisik. Apa yang benar
adalah bagaimana menghindari hukuman. Tahap 2: Orientasi pada instrumental.
Tindakan yang benar apakah sudah sesuai atau memenuhi kebutuhan seseorang
berdasarkan persetujuan Pada tahap ini adil dipandang sebagai sesuatu yang
bersifat balas budi, saling memberi.
Karakter yang di terapkan dalam
catatan harian berorientasi pada 18 nilai
pendidikan karakter di sekolah, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai pretasi, bersahabat atau komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (Teach
For Indonesia: 2012).
Penerapan “Catatan Anak Saleh”
di Sekolah Dasar (SD) dapat menumbuhkan karakter yang baik sampai terbentuknya
kematangan pribadi anak. Dengan “Catatan Anak Saleh” perkembangan anak akan
terlihat oleh orang tua anak itu sendiri dan guru. Selain mengetahui sikapnya
sehari-hari, guru juga akan mengetahui karakter siswanya dalam suatu kelas tertentu,
sehingga dapat memberi gambaran tentang metode apa yang harus diterapkan dalam
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.
Dengan adanya catatan harian ini anak akan selalu memperhatikan
perilaku-perilaku yang akan dicerminkan sehari-hari.
|
Kedua, jika anak melakukan sikap yang ditentukan
pada “Catatan Anak Saleh” kurang dari 75 % dari rata-rata sikap siswa tiap
kelas. Maka anak di beri sanksi yaitu mencari teman yang melakukan kesalahan
berdasarkan sikap yang terdapat dalam “Catatan Anak Saleh”, sekurang-kurangnya
dua orang teman sekelasnya yang melakukan kesalahan. Hal ini berfungsi sebagai
alat pengontrol siswa, yaitu mengontrol kesalahan temannya sendiri.
Ketiga, jika anak melakukan sikap yang ditentukan
dalam “Catatan Anak Saleh” lebih atau
sama dengan 75% maka anak diberi reward. Satu orang yang terbaik diberikan
hadiah, misalnya berupa buku cerita, CD atau sesuatu yang dapat mendukung pada
pengembangan pembangunan karakter anak.
Penguatan dan
ganjaran mempunyai peranan yang amat penting dalam proses mendidik khususnya
mendidik anak di Sekolah Dasar.
Selain anak
mencatat atau melaporkan sikap-sikap yang dilakukannya setiap hari, anak juga
diberi kesepatan untuk mengungkapkan keadaan emosinya dalam suatu kesan yang ia
rasakan sehari itu, baik itu berupa perasaan, keluhan ataupun curhat.
“Catatan Anak Saleh”
diisi setiap hari oleh anak dan setiap hari juga diberikan kepada orang tua
untuk ditandatangani. Setiap satu minggu sekali yaitu hari sabtu anak
menyetorkannya kepada guru untuk dilihat, diperiksa, dan ditandatangani.
Setelah anak menerapakan “Catatan Anak Saleh”, anak akan
terbiasa melakukan hal-hal yang positif sehingga pembangunan karakter dapat
diwujudkan sejak dini di Sekolah Dasar. Selain itu, setelah anak menerapkan
“Catatan anak Saleh”, anak tidak hanya terfokus pada nilai akademik saja,
tetapi juga perilaku atau karakter sehari-hari akan diperhatikannya sehingga
termotivasi untuk terus memperbaiki perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Hall Calvin S, Gardner Lindzey. 1978. Teori-teori
Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sjarkawi. 2005. Pembentukan Kepribadian Anak.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
|
Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Teach
For Indonesia. 2012. 18 Nilai Pendidikan Karakter di Sekolah. [Online].
Tersedia: http://www.facebook.com/notes/teach-for-indonesia/18-nilai-pendidikan-karakter-di-sekolah/127089700706053?ref=nf
[2 Maret 2012]
Zakaria Akbar. 2010. Filsafat Moral: Teori dan
Praktek. [Online]. Tersedia: http://zakariaakbar.blogspot.com/ [2 Maret 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar