Rabu, 04 April 2012

PKM GT 2011 CATATAN ANAK SALEH








 
logo1.jpg











PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
CATATAN ANAK SALEH SEBAGAI IMPLEMENTASI
CHARACTER BUILDING DI SEKOLAH DASAR




BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
                                                                                   




Diusulkan oleh:
Ai Nuraeni                       1004122 (2010)
Tendi Darisman                1004110 (2010)
Tiara Penta Yurlita           1004119 (2010)







UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA TASIKMALAYA
2012





LEMBAR PENGESAHAN USULAN PKM-GT

1.        Judul Kegiatan                                         : Catatan Anak Saleh sebagai
Implementasi Character Building di Sekolah Dasar

2.        Bidang Kegiatan                                      : ( ) PKM-AI               (√) PKM-GT  

3.        Ketua Pelaksanaan Kegiatan
a.    Nama Lengkap                                     : Ai Nuraeni
b.    NIM                                                     : 1004122
c.    Jurusan                                                 : S1Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD)
d.   Universitas                                            : Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Tasikmalaya
e.    Alamat Rumah dan No Tel./HP             : Jalan Rumah Sakit Umum Gg
Karyarasa no 36 Tasikmalaya 46115
083826060204
f.     Alamat email                                         : ayayaydelay@ymail.com

4.        Anggota Pelaksanaan Kegiatan                  : 2 orang

5.        Dosen Pendamping
a.    Nama lengkap dan Gelar                       : DR. Hj. Epon Nur’aeni, M. Pd.
b.    NIP                                                      : 195710131983032001
c.    Alamat Rumah dan No Tel./HP             : Kp. Cibodas Subanagara Sukajaya
Purbaratu Kecamatan Purbaratu/08122056537

                                                                  Tasikmalaya, 2 Maret 2012

Menyetujui,
Ketua Program Studi S1 PGSD
UPI Kampus Tasikmalaya


( Drs. Rustono W S, M.Pd )
  NIP. 195206281981031001

Ketua Pelaksana Kegiatan



(   Ai Nuraeni   )
NIM. 1004122
Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan dan Kemitraan
Universitas Pendidikan Indonesia,



(Prof.DR.H.Dadang Sunendar, M.Hum)
  NIP. 196310241988031003
Dosen Pendamping





(DR. Hj. Epon Nur’aeni, M. Pd.)
NIP. 195710131983032001

 
CATATAN ANAK SALEH SEBAGAI IMPLEMENTASI CHARACTER BUILDING DI SEKOLAH DASAR
Ai Nuraeni, Tendi Darisman, Tiara Penta Yurlita
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
RINGKASAN
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Di Indonesia meskipun Pendidikan karakter sudah digembor-gembor untuk diterapkan, tetapi pada kenyataanya masih menggunakan pendidikan konvensional yang berorientasi pada nilai sebagai tolak ukur keberhasilan.
Tidak berjalanya pendidikan karakter ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti Pendidikan karakter yang belum berjalan sama sekali atau berjalan dengan sepihak, seperti sekolah yang belum menerapkan pendidikan karakter, lingkungan yang tidak mendukung dalam pembangunan pribadi yang berkarakter baik, atau orang tua yang masih menerapkan pendidikan  konvensional di rumah, yang mana orang tua lebih bangga ketika anaknya mendapat nilai baik dan peringkat satu dan ketika anak mendapat nilai buruk, anak dimarahi dan yang lebih parah lagi anak dibandingkan dengan anak yang mendapat nilai baik, tentunya ini akan membuat karakter anak menjadi buruk. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk mengimplementasikan pendidikan karakter ini, yaitu dengan membuat “Catatan Anak Saleh” sebagai implementasi pembangunan karakter. Dalam pelaksanaan catatan  anak  ini, melibatkan berbagai pihak seperti sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan anaknya itu sendiri. Dengan adanya catatan anak ini diharapkan menjadi sebuah upaya untuk membangun karakter yang saleh berdasarkan 18 nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012). Maka, dengan adanya gagasan baru diatas diharapkan dapat berjalanya pendidikan karakter di semua lingkungan baik sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini, pendidikan di Indonesia sedang menggembor-gemborkan pendidikan karakter. Namun, pada kenyataannya sampai saat ini masih menggunakan pendidikan konvensional yang berorientasi pada nilai sementara pendidikan moral  masih sangat kurang. Celakanya pendidikan konvensional tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tapi juga di lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi pondasi dasar pribadi anak. Orang tua masih menerapkan pendidikan konvensional di lingkungan keluarga yang mana orang tua lebih bangga ketika anaknya mendapatkan nilai bagus atau peringkat satu dikelasnya.
Akan tetapi, ketika anaknya mendapatkan nilai yang jelek, orang tua memarahi anaknya bahkan yang lebih parah lagi mereka membandingkan anak yang mendapatkan nilai baik di keluarganya atau membandingkan dengan anak sepermainan anaknya yang mendapatkan nilai baik. Tentu saja ini akan membuat mental anak terpuruk sehingga anak berpikir untuk melakukan tindakan yang tidak semestinya hanya demi mendapatkan nilai baik, seperti mencontek. Hal inilah yang akan membuat karakter anak menjadi pribadi yang buruk di masa yang akan datang. Munculnya para koruptor merupakan salah satu contoh dampak dari mereka yang mendapatkan pendidikan seperti ini.
Tidak adanya kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua juga merupakan salah satu faktor besar yang membuat pendidikan karakter tidak berjalan dengan baik. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah berbeda atau tidak sejalan dengan pendidikan karakter yang diterapkan di lingkungan keluarga. Padahal, pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dirancang secara sengaja untuk mengembangkan dan mengubah cara berpikir dan bertindak. Sebagaimana pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter dilakukan di sekolah dan di luar sekolah untuk kelompok laki-laki dan perempuan (Thomas, 1986: 349; Ryan, 1985).
Oleh karena itu, diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di Sekolah Dasar (SD), yaitu dengan menerapkan “Catatan Anak Saleh” yang melibatkan murid, orang tua, dan guru dalam membantu anak membangun diri menjadi karakter yang baik.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Hasil akhir tulisan ini yaitu untuk mengimplementasikan pembangunan karakter di Sekolah Dasar dengan penerapan catatan perilaku anak sebagai wujud nyata dalam membangun jati diri bangsa yang berkarakter dan religious serta catatan anak ini diharapkan menjadi sebuah upaya untuk membangun karakter yang saleh berdasarkan 18 nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012).
Manfaat 

                Dengan terlaksananya pendidikan karakter di Indonesia dengan baik, maka akan menciptakan generasi yang berkarakter dan religious yang berguna bagi bangsa dalam membangun jati diri serta berguna nantinya di masa yang akan datang. Selain daripada itu, menciptakan masyarakat yang berbudi pekerti luhur, menjungjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat menjadi manfaat dari penerapan “Catatan Anak Saleh” sebagai character building  di Sekolah Dasar. Adapun manfaat bagi guru, yaitu membantu guru dalam mengajar anak didik. Karena dengan diadakannya “Catatan Anak Saleh” ini guru dapat mengetahui karakteristik setiap anak, serta dapat memonitoring perilaku anak sehari-hari.
“Catatan Anak Saleh” merupakan solusi untuk menumbuhkan karakteristik yang baik bagi anak, agar menjadi suatu kebiasaan yang harus dimiliki siswa dalam kehidupannya sehari-hari. 

 
GAGASAN
Karakter Bangsa Indonesia
Kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari kualitas pendidikan nasional. Pendidikan yang tidak hanya berpusat pada perkembangan kognitif saja, melainkan perkembangan afektif (sikap), serta perkembangan psikomotor (keterampilan). Hal ini tergambar dalam tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter bangsa. Dengan mengukur kualitas pendidikan, maka kita dapat melihat potret bangsa yang sebenarnya. Karakter setiap individu suatu bangsa mencerminkan karakter bangsanya itu sendiri. Karakter merupakan perwujudan dari sikap atau watak atau perilaku seseorang yang membedakannya dengan yang lain. 
Indonesia masih berada pada tingkatan pendidikan yang rendah. Hal itu disebabkan karena karakter setiap individu yang rendah, tingkat korupsi yang tinggi, dan semakin banyaknya kenakalan anak dibawah umur. Berdasarkan Kompas, 18 Februari 2012 kasus kejahatan yang melibatkan anak di bawah umur semakin memprihatinkan. Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Depok, Jawa Barat, menusuk temannya sendiri hingga terluka parah. Perilaku amoral tersebut mencerminkan kurangnya pendidikan karakter yang diterapkan khusunya di sekolah dasar. Pendidikan yang dikembangkan di sekolah hanya sebatas pendidikan yang menitikberatkan pada perkembangan kognitif dan pendidikan konvensional yang melihat nilai sebagai acuan dasar dari keberhasilan pembelajaran. Sedangkan karakter yang seharusnya dijadikan landasan seperti halnya pancasila sebagai landasan dasar negara kurang diterapkan dan dikembangkan.
Implementasi Pendidikan Karakter di Indonesia
Di Indonesia proyek pendidikan karakter dilontarkan oleh Kementerian Pendidikan di tahun 2010 sebagai respon dengan maraknya kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian, karakter dapat didefinisikan yaitu suatu sifat atau watak serta akhlak yang melekat pada diri seseorang.
Implementasi pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah bersifat integratif pada semua materi pembelajaran, pada semua kegiatan pembelajaran bahkan semua kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Adapun solusi yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya penanaman kebiasaan nilai-nilai Pendidikan Karakter yaitu melalui “Penguatan (reinforcement)”. Menurut Teori Operant Conditioning Skinner, proses penguatan sebuah perilaku dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali dan juga dapat menghilang secara sendirinya. Artinya jika proses penguatan itu tidak dilakukan secara terus menerus maka akan hilang secara sendirinya, apalagi jika siswa sudah bertemu dengan lingkungan yang baru yang cenderung memberi penguatan negatif maka nilai-nilai pendidikan karakter itu pun akan terdegradasi, itu artinya siswa masih bergantung pada penguatan.
Selain solusi yang ditawarkan dalam bidang pendidikan, pembinaan moral serta pembangunan karakter juga dilakukan di masyarakat, baik melalui pemantapan kehidupan beragama, pengajian, penghapusan tempat maksiat, seperti perjudian dan tempat pelacuran secara terus-menerus dilakukan oleh pemerintah.
Catatan Anak Saleh sebagai Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Ardhana (1985) menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan suatu negara yang menaruh perhatian besar pada masalah pendidikan moral. Kurikulum sekolah mulai dari tingkat yang paling rendah hingga paling tinggi, mengalokasikan waktu yang cukup banyak bagi bidang studi yang potensial untuk pembinaan moral, antara lain Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Namun, tampaknya segala usaha dan upaya yang dilakukan masih juga belum mampu mengatasi tindak amoral yang menjadi permasalahan sehingga tidak terbentuknya karakter bangsa.
Lebih lanjut Ardhana (1985) mengemukakan bahwa dengan usaha gencar yang dilakukan untuk menanggulangi kebobokran moral, masyarakat Indonesia dihadapkan suatu kenyataan masih banyaknya tindakan amoral yang terjadi di masyarakat. Tindakan dan perilaku amoral seperti pemerkosaan, korupsi, dan sejenisnya setiap hari dilaporkan oleh berbagai media massa. Sejalan dengan itu, Magnis Suseno (1994) menyatakan bahwa korupsi moral kini telah melanda segala sudut kehidupan birokrasi dan masyarakat, karena itu kita harus mampu menanggulanginya. Salah satu upaya untuk menanggulanginya yaitu dengan mengimplementasikan character building di Sekolah Dasar dengan menciptakan suatu “Catatan Anak Saleh”.
“Catatan Anak Saleh” ini dijadikan sebagai alat pendidik yang mampu membiasakan anak berperilaku positif. Kebiasaan yang bermula dari suatu keterpaksaan dan ketakutan akan suatu sanksi atau hukuman dinilai lebih baik daripada tidak adanya paksaan dan ketakutan untuk bertindak amoral. Setelah kebiasaan anak terbentuk, anak akan terus berperilaku positif hingga terbentuknya kematangan pribadi anak. Dengan begitu, Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter sesuai dengan penerapan 18 nilai-nilai pendidikan karakter (Teach For Indonesia: 2012).
 
Pihak pertama yang dilibatkan membantu mengimplementasikan gagasan ini yaitu pemerintah yang dapat memberikan izin serta menerapkan “Catatan Anak Saleh” sebagai salah satu alat pendidik dalam pengimplementasian pembangunan karakter (character building). Sehingga, penerapan serta pelaksanaan “Catatan Anak Saleh” di Sekolah Dasar dilakukan secara holistic di seluruh Indonesia.
Pihak kedua yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan yaitu sekolah. Pihak sekolah yang berperan sebagai pelaksana tentunya mempunyai peran yang sangat penting untuk ketercapaiannya gagasan. Setelah adanya perintah dari pemerintah dalam pelaksanaan serta penerapan “Catatan Anak Saleh” di setiap sekolah dasar seluruh Indonesia, pihak sekolah harus menerapkan “Catatan Anak Sholeh” ini kepada setiap siswa khususnya kelas tinggi.
Pihak ketiga adalah keluarga, semua anggota keluarga harus memberikan dukungan yang responsif terhadap pelaksanaan gagasan ini. Keluarga juga yang menjadi kontrol anak di masyarakat dalam  penguatan pembiasaan sikap yang ditanamkan  melalui “Catatan Anak Saleh”. Sesuai dengan teori psikoanalitik yang bersumber dari ajaran Freud, yaitu memandang hakikat manusia sebagai makhluk yang dikendalikan oleh hati nurani dan sulit dikontrol. Agen-agen masyarakat, khususnya orang tua harus turut campur tangan dalam menentukan dan membentuk perilaku anak untuk kebaikan individu dan masyarakatnya.
Selanjutnya, pihak keempat yaitu masyarakat. Masyarakat mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi anak. Seperti halnya solusi yang pernah ditawarkan pemerintah  sebagai implementasi pendidikan karakter yaitu dengan adanya penguatan (reinforcement). Dalam gagasan ini, penguatan (reinforcement) tidak hanya dilakukan di sekolah melainkan juga di masyarakat. Sehingga, hasil dari penerapan “Catatan Anak Sqleh” ini melekat kuat pada diri anak.
Langkah strategis yang pertama harus dilakukan adalah pemerintah memberikan aturan kepada sekolah-sekolah untuk menerapkan “Catatan Anak Saleh” ini sebagai suatu yang harus dilakukan. Apabila ini tidak dapat terjadi, maka sekolah berinisiatif membuat aturan bahwa “Catatan Anak Saleh” ini harus dilaksanakan dengan bantuan guru-guru yang bersangkutan, Apabila ini tidak berjalan juga guru berinisiatif untuk bertindak langsung menerapkan serta melaksanakan “Catatan Anak Saleh ”.
KESIMPULAN
Paradigma jika anak mendapatkan nilai baik sebagai tolak ukur  keberhasilan yang sekarang ini terjadi, merupakan paradigma yang salah dan bukan hasil yang mutlak serta sangat keliru, karena tidak memperhatikan sikap yang harus di tanamkan anak. Sehingga nilai yang di dapatkan oleh anak tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan sikap yang di cerminkannya sehari-hari. Untuk menyeimbangkan ini semua,, maka diperlukan suatu  cacatan harian bagi anak yang harus diisi setiap hari sebagai kontrol sikap.
Pembentukan karakter dimulai sejak dini yaitu saat Sekolah Dasar dengan cara membiasakan berperilaku baik, untuk membiasakannya diperlukan “Catatan Anak Saleh”. Di dalam catatan itu ada  tuntutan kebiasaan sikap yang baik yang harus dilakukannya setiap hari oleh anak.
 
            “Catatan Anak Saleh” ini merupakan salah satu solusi pembentukan karakter pada anak saat ini, karena di sekolah anak sering terfokuskan pada hal-hal yang bersifat kognitif serta berorientasi pada nilai. Padahal aspek yang harus diperhatikan bukan hanya kognitif melainkan aspek afektif atau sikapnya juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, di “Catatan Anak Saleh” sikap anak diperhatikan bagaimana anak bersikap di lingkungannya, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
“Catatan Anak Saleh” ini menggambarkan sikap-sikap anak dalam kesehariannya dalam berbuat. Selain itu, anak menuliskan kesan atau keluhan atau curhatan anak pada setiap harinya. Sehingga apa yang dirasakan dan dilaksanakan anak setiap hari akan terkontrol oleh guru dan orang tua. Dengan catatan harian ini, orang tua dan guru akan saling berkuminikasi, tidak hanya saat anak sedang ada masalah atau pada saat pembagian rapot melainkan saat memonitoring hasil pencatatan di “Catatan Anak Saleh”.
            “Catatan Anak Saleh” merupakan salah satu alat pendidik yang tepat untuk mengembangkan karakter yang baik dari keterpaksaan dan berlanjut pada kebiasaan yang rutin dilakukan dengan sendirinya. Catatan anak ini diterapkan untuk anak di kelas tinggi karena untuk anak kelas rendah  masih pada tingkat perkembangan moral prakonvensional. Menurut Kohlberg (1977) berdasarkan kepada asumsi-asumsi umum tentang teori perkembangan kognitif dari Dewey dan Piaget. Seperti dijelaskan oleh Elias (1989), Kohlberg mendefinisikan kembali dan mengembangkan teorinya menjadi lebih rinci. Tingkat-tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa pengaruh kurang menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian universal. Salah satu tahap perkembangan moral, yaitu prakonvensional. Pada tingkatan ini, anak merespon aturan tradisi, label baik-buruk; benar-salah, dengan menginterpretasi label dalam pemahaman hedonistik dan konsekuensi dari tindakan. Tingkatan ini juga menunjukkan bahwa individu menghadapi masalah moral dari segi kepentingan diri sendiri. Seseorang tidak menghiraukan apa yang dirumuskan masyarakat, akan tetapi mementingkan konsekuensi konsekuensi dari perbuatannya ( hukuman, pujian, penghargaan ). Anak cenderung menghindari perbuatan yang menimbulkan resiko. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap 1: Orientasi pada hukuman dan kepatuhan. Jadi, alasan anak pada tahap ini bersifat phisik. Apa yang benar adalah bagaimana menghindari hukuman. Tahap 2: Orientasi pada instrumental. Tindakan yang benar apakah sudah sesuai atau memenuhi kebutuhan seseorang berdasarkan persetujuan Pada tahap ini adil dipandang sebagai sesuatu yang bersifat balas budi, saling memberi.
            Karakter yang di terapkan dalam catatan harian berorientasi pada 18 nilai pendidikan karakter di sekolah, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai pretasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Teach For Indonesia: 2012).
            Penerapan “Catatan Anak Saleh” di Sekolah Dasar (SD) dapat menumbuhkan karakter yang baik sampai terbentuknya kematangan pribadi anak. Dengan “Catatan Anak Saleh” perkembangan anak akan terlihat oleh orang tua anak itu sendiri dan guru. Selain mengetahui sikapnya sehari-hari, guru juga akan mengetahui karakter siswanya dalam suatu kelas tertentu, sehingga dapat memberi gambaran tentang metode apa yang harus diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.  Dengan adanya catatan harian ini anak akan selalu memperhatikan perilaku-perilaku yang akan dicerminkan sehari-hari.
 
Adapun dalam teknis pelaksanaan buku “Catatan Anak Saleh”, yaitu pertama, anak diberi catatan harian yang berisi tentang sikap yang harus dilakukannya setiap hari. Sikap ini merupakan pemodelan dari 18 nilai pendidikan karakter di sekolah. Pemodelan ini antara lain: melaksanakan ibadah wajib, tidak mengganggu orang lain, mengerjakan tugas, membaca buku, membuang sampah pada tempatnya, menolong orang lain. Anak harus menempelkan stiker simbol “senyum” jika melakukannya, dan  stiker simbol “cemberut” jika tidak melakukannya. Dalam menempelkan stiker “senyum”, anak dapat memilih dari lima motif simbol “senyum” berbeda yang disediakan, begitu juga dengan simbol “cemberut” ada lima motif simbol berbeda yang disediakan untuk dipilih anak.
Kedua, jika anak melakukan sikap yang ditentukan pada “Catatan Anak Saleh” kurang dari 75 % dari rata-rata sikap siswa tiap kelas. Maka anak di beri sanksi yaitu mencari teman yang melakukan kesalahan berdasarkan sikap yang terdapat dalam “Catatan Anak Saleh”, sekurang-kurangnya dua orang teman sekelasnya yang melakukan kesalahan. Hal ini berfungsi sebagai alat pengontrol siswa, yaitu mengontrol kesalahan temannya sendiri.
Ketiga, jika anak melakukan sikap yang ditentukan dalam “Catatan Anak Saleh”  lebih atau sama dengan 75% maka anak diberi reward. Satu orang yang terbaik diberikan hadiah, misalnya berupa buku cerita, CD atau sesuatu yang dapat mendukung pada pengembangan pembangunan karakter anak.
Penguatan dan ganjaran mempunyai peranan yang amat penting dalam proses mendidik khususnya mendidik anak di Sekolah Dasar.  
Selain anak mencatat atau melaporkan sikap-sikap yang dilakukannya setiap hari, anak juga diberi kesepatan untuk mengungkapkan keadaan emosinya dalam suatu kesan yang ia rasakan sehari itu, baik itu berupa perasaan, keluhan ataupun curhat.
“Catatan Anak Saleh” diisi setiap hari oleh anak dan setiap hari juga diberikan kepada orang tua untuk ditandatangani. Setiap satu minggu sekali yaitu hari sabtu anak menyetorkannya kepada guru untuk dilihat, diperiksa, dan ditandatangani.
Setelah anak  menerapakan “Catatan Anak Saleh”, anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang positif sehingga pembangunan karakter dapat diwujudkan sejak dini di Sekolah Dasar. Selain itu, setelah anak menerapkan “Catatan anak Saleh”, anak tidak hanya terfokus pada nilai akademik saja, tetapi juga perilaku atau karakter sehari-hari akan diperhatikannya sehingga termotivasi untuk terus memperbaiki perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA
Hall Calvin S, Gardner Lindzey. 1978. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sjarkawi. 2005. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara.
 
Sudrajat Akhmad. 2010. Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/ [3 Maret 2012]
Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Teach For Indonesia. 2012. 18 Nilai Pendidikan Karakter di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.facebook.com/notes/teach-for-indonesia/18-nilai-pendidikan-karakter-di-sekolah/127089700706053?ref=nf [2 Maret 2012]
Zakaria Akbar. 2010. Filsafat Moral: Teori dan Praktek. [Online]. Tersedia: http://zakariaakbar.blogspot.com/ [2 Maret 2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar