Senin, 13 Januari 2014

Heart: The Firm Without Term

Simpan perasaan itu sampai tiba waktunya. Pastibisa!

Hanya kalimat itu yang saya ingat dan menempel di otakku. Entah kenapa semenjak itu hati ini dipenuhi rasa bersalah dan terasa kotor sekali. Menghilangkannya dan membersihkannya adalah suatu hal tersulit. Menjadi manusia hina menurutku itu yang pas buatku. Tapi itu tidak menjadikkanku terus larut dalam kubangan yang menjijikkan. 

Wanita memang sensitif sekali hatinya. Hatinya lembut sehingga terkadang mudah larut dengan kata-kata manis dan menggoda terlebih lagi oleh kata-kata ambigu dari sang yang dikagumi. Pernyataan ini bukan berarti menyalahkan para lelaki yang selalu mengumbar kata-kata ambigunya melainkan menjadi cambuk bagi kami kaum wanita. Cambukan yang sangat keras bahwasanya menjadi seorang wanita dengan kodratinya sebagai wanita lemah lembut tidak menutup kemungkinan jika sekali-kali ia harus tegas terhadap dirinya. Tegas menepis segala rasa yang dapat mengotori hatinya.

Tegas tanpa batas waktu. Apapun dan siapapun yang telah membuat hati kotor. Tepislah dan singkirkan sejauh-jauhnya. Karena ketika sudah terjerumus dan tergoda sulitlah ia untuk menepisnya.
Namun jika memang perasaan itu sudah melewati gerbang hati. Teruslah bentengi dengan sekokoh-kokohnya benteng, jangan sampai ia menjadi penghuni ilegal hati kita. Apalagi sampai mengakar. Naudzubillah.

Kita bermain analogi saja, kita analogikan hati kita ibarat rumah. Rumah mewah yang dihiasi berbagai ornamen indah, klasik nan mahal namun sejuk bila di dalamnya. Siapa yang tidak mau memiliki rumah seperti itu. Laiknya sesuatu yang kita idamkan pastinya kita ingin segala sesuatunya perfect dan terbaik serta apapun akan kita lakukan dengan segala upaya untuk mendapatkannya.

Rumah mewah, indah, klasik dan sejuk. Rumah idaman setiap orang.

Saya gambarkan rumah mewah karena rumah mewah hanya akan dimiliki oleh orang-orang kaya. Kita tahu bahwa di setiap rumah mewah pastinya luas dan sangat besar. Tak ada rumah mewah yang halamannya sempit. Begitupun dengan hati, hati ibarat rumah mewah karena hanya akan dimiliki oleh orang yang kaya hatinya. Kaya dengan ornamen dzikir, dzikir kepada Allah.

Selanjutnya rumah yang indah, rumah yang indah mungkin ini relatif. Tapi rumah yang indah pasti adalah rumah yang bersih. Mana mungkin rumah itu disebut indah jika di dalamnya kotor, tidak pernah dibersihkan, dijaga ataupun dirawat. Itulah kenapa saya menyebut hati ini ibarat rumah yang indah. Memandanginya setiap waktu adalah ketenangan dan ketenteraman. Hati yang selalu dibersihkan melalui tutur kata dan prasangkaan yang baik.

Kemudian rumah klasik, rumah klasik identik dengan mahal. Dinamakan rumah klasik bukan berarti tidak mengikuti zaman, melainkan memodifikasi yang akan membuatnya tampak lebih indah tanpa meninggalkan ornamen utamanya. Itulah hati. Hati ibarat rumah klasik yang mahal yang akan dimiliki oleh bukan sembarang orang. Ialah orang yang mampu mengelola hati namun tak meninggalkan sang pemilik utamanya yaitu Allah.

Terakhir yaitu rumah yang sejuk. Sejuk karena memiliki taman-taman yang dikelilingi tumbuhan hijau dan subur. Tumbuhan yang terus menghasilkan oksigen-oksigen yang dapat menyegarkan penghuninya. Jika berada di dalamnya orang akan merasa nyaman dan tak bosan jika berlama-lama. Hati seperti inilah yang akan dimiliki oleh orang-orang yang senantiasa menyuburkan taman-tamannya dengan tilawatil qur'an.

Alangkah beruntungnya jika kita para wanita memiliki hati seperti yang dianalogikan diatas. Minimalnya ada satu diantara analogi tersebut yang kita miliki.
    
Dan bagi yang mau menjadi penghuni legal hati dari keempat analogi diatas pastinya harus membuat perjanjian terlebih dahulu alias kontrak hati dengan pemilik hati, yaitu Allah swt. Caranya yaitu melakukan transaksi ijab qabul dengan mahar sebagai bayarannya. Sehingga barulah ia bisa menempati hati secara legal. ^^

Hidup Setelah Mati

Mengambil pelajaran dari setiap kejadian adalah hikmah. Hikmah hanya bisa dirasakan bagi orang-orang yang mengenal arti bersyukur dan memahami pentingnya hidup. Allah memberikan kesempatan hidup di dunia kepada makhlukNya hanya sekali. Sudah kita ketahui bahwa hidup di dunia itu hanya sepersekiannya apabila hidup di akherat kelak. Hidup setelah mati. Jangan salah, tidak selamanya kita akan hidup di dunia. Ada kehidupan akherat yang telah menunggu kita sebagai penghuninya.